Belajar Batik Klasik di Helatan Sekaten Keraton Jogja

Batik adalah warisan budaya yang patut kita lestarikan keberadaannya. Batik berasal dari bahasa jawa “ambatik”. Kata “amba” berarti menulis dan “tik”  berarti titik kecil. 

Sehingga batik diartikan sebagai menulis atau melukis titik. Pada awalnya, batik dikenal di kalangan keraton saja. Dimana terdapat  beragam motif yang setiap motif merupakan simbol yang memiliki makna.

Batik
Keraton Jogja (doc.pri)

Namun batik kemudian menyebar di kalangan luar keraton juga. Meskipun demikian, ada motif-motif tertentu yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga kerajaan, seperti motif parang dan kawung.

Belajar Batik di Helatan Sekaten

Bicara tentang filosifi batik, memang sangat menarik. Dan kebetulan, saat helatan Sekaten 2019 yang dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 10 November 2019 lalu, saya berkesempatan mengikuti pelatihan batik klasik khas Keraton Jogja.

Jika dibandingkan perayaan sekaten tahun sebelumnya, penyelenggaraan sekaten tahun 2019 ini memiliki konsep yang berbeda. 

Kalau biasanya sekaten identik dengan pasar malam dan hiburan rakyat, maka tahun ini perayaan sekaten dikembalikan sesuai tujuan semula. Yakni untuk meneguhkan keistimewaan Yogyakarta sebagai benteng budaya di tanah Jawa. 

Sehingga selain acara inti berupa Hajad Dalem Garebeg Maulud yang diawali dengan miyos gangsa dan diakhiri dengan kondur gangsa, Keraton Yogyakarta juga mengadakan pameran budaya dan kegiatan pendukung lainnya. 

Seperti aneka lomba kesenian, dan juga workshop budaya. Salah satunya adalah pelatihan batik klasik. 

Pelatihan batik klasik ini dilaksanakan pada tanggal 2,4,5,6, dan 8 November 2019 pukul 11.00, 17.00, dan 19.00 WIB. Setiap calon peserta wajib mendaftar secara online di link pendaftaran yang sudah diumumkan di akun media Keraton Yogya. 

Masyarakat yang berminat mengikuti pelatihan batik klasik bisa memilih hari dan jam seperti jadwal yang sudah disediakan. Setiap peserta hanya bisa mendaftar dan mengikuti 1 sessi workshop saja.

Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada yang lain, yang juga berminat untuk menjadi peserta. 

Batik
Suasana pelatihan batik (doc.pri)
Saya sendiri mengikuti kelas membatik di hari pertama yakni di tanggal 2 November 2019 pukul 11.00 - 13.00 WIB.

Peserta workshop membatik ini cukup banyak juga. Lebih dari 20 orang datang di Bale Bang ruang audio visual, Kompleks Sitihinggil Keraton Jogja, yang menjadi tempat pelaksanaan workshop batik.

Para peserta berasal dari berbagai kalangan. Ada yang masih mahasiswa, pegawai kantoran, masyarakat umum, bahkan ada juga turis manca. 

Para turis pun ikut membatik (doc.pri)

Para pengunjung yang tidak mendapat kuota ikut menyimak dan mendengarkan materi yang disampaikan sambil mengamati peserta lain praktik membatik. 

Untuk pelatihan batik, peserta didampingi oleh 2 orang pemandu, yang merupakan abdi keraton.

Awalnya pemandu memberikan penjelasan mengenai bahan dan alat yang diperlukan untuk membatik. Yang terdiri dari canting, kain mori, malam, wajan, dan juga kompor.
 

Pemandu memberikan arahan pada peserta (doc.pri)

Filosofi dalam Membatik

Dipaparkan pula filosofi dari kegiatan membatik. Yakni dari cara memegang canting yang harus kita lakukan dengan seleh

Artinya dalam membatik kita harus sumeleh, agar motif batik dapat kita bentuk dengan sempurna. Malam cair dapat mengalir dengan lancar. 

Hal ini berlaku pula dalam kita menjalani hidup. Sikap sumeleh (pasrah, berserah diri kepada Yang Kuasa) pun harus kita kedepankan. 

Setiap malam cair yang kita ambil harus kita tiup dengan teknik tertentu. Untuk menghilangkan sumbatan di ujung canting, sehingga malam bisa mengalir.

Pemandu juga menjelaskan motif batik yang diajarkan di kraton adalah batik klasik yang hanya mengenal 4 warna, yakni biru dongker, putih, hitam,  dan coklat saja. 

Batik
Para peserta workshop (doc.pri)

Sungguh sebuah pengalaman yang sangat menarik buat saya berkesempatan mengikuti workshop batik ini. Kegiatan ini membuat saya semakin memahami dan menghargai warisan budaya batik yang memiliki nilai seni dan filosofi yang tinggi. 

Semoga tahun depan acara helatan sekaten lebih meriah lagi. Dengan aneka pelatihan budaya dan kesenian keraton lainnya yang bisa dilihat dan diikuti masyarakat luas.

Semoga tulisan ini bermanfaat ya, salam...
Sapti nurul hidayati
Saya seorang ibu rumah tangga dari Yogya. Blog ini saya buat untuk tempat berbagi cerita dan pengalaman tentang apa saja. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya. Untuk kerjasama, silakan kontak ke saptinurul (at) gmail.com

Related Posts

11 komentar

  1. Membatik itu betul-betul membutuhkan ketekunan dan konsentrasi tinggi. Makanya wajar banget ya kalau harga batik tulis itu mahal, berbanding lurus lah dengan pengerjaannya. Dulu semasa SMA aku pernah belajar membatik di sekolah. Pelajaran Seni Rupa gitu. Ya ampun, hasilnya morat-marit. Jelek banget dan maluuu gitu rasanya. Apalagi sebelum pelajaran dimulai, kita diberitahu bahwa banyak orang asing yang suka belajar membatik dan hasilnya bagus-bagus. Yaaa, masa kalah ya? Huhuhuhu ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain bakat, yang terpenting jugs tu minat mb...biar rasa memiliki ada. Karena suatu budaya yg ada di suatu daerah tu bisa diakui secara internasional sbg warisan budaya di daerah itu juga dilihat dari regenerasinya..

      Hapus
  2. Edukatif sekali ya Mba, belajar buat batik.
    Kayaknya sekolah-sekolah juga harus ikut mengajak muridnya biar anak-anak juga tertarik ikutdan belajar untuk melestarikan budaya Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mb..anak sekolah juga banyak yang datang mbak, meskipun hanya melihat belum praktik tapi lumayan membuka wawasan mereka tentang batik

      Hapus
  3. Wah, saya baru tahu Mbak, kalau Batik itu asal katanya Ambatik, Amba dan Tik. Dan acara ini seru dan bermanfaat sekali, Mbak. Wajib dihadirkan tiap tahunnya. Tidak hanya disukai orang Indonesia, turis mancanegara juga.
    Semoga tahun depan bisa menghadiri acara keren ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, semakin mendekatkan keraton dengan masyaraskat luas juga. Karena keraton adalah sumber adat istiadat dan budaya

      Hapus
  4. Artikelny Mbak Sapti ini memang tombo kangen saya ama Jogha, Mbak... Huhuu... Dulu pernah ikut liat Sekatenan di Kraton. Tp gak ikutan membatik seperti yg Mbak Sapti tuliskan ini. Tfs nggih, Mbak

    BalasHapus
  5. Waaah dari dulu saya ingin sekali belajar membatik, karena saya termasuk yang suka pakai batik :D jadi minimal mau tau dasar pembuatan batik yang kata orang rumit dan berharga~

    Melihat post ini membuat saya ingin kembali ke Jogja suatu hari nanti, semoga bisa dan semoga ada kesempatan untuk belajar batik juga :>

    BalasHapus
  6. Ibu mertua saya juga sering ambil batikan.
    Ambilbkain dan dibatik di rumah.
    Kalo sudah selesai nanti diantarkan lg juragan batiknya.
    Klo saya mudik saya jg mau de nyoba membatik

    BalasHapus
  7. Saya belum pernah ke Jogja mbak. Aihh edukatif sekali kegiatan ini. Kapan-kapan kalau ke Jogja mau juga ah mengikuti kegiatan serupa.

    BalasHapus
  8. Wah ternyata pada saat perayaan sekaten sekalian membuka WS gtu yaaa. Tdnya WS-nya kupikir bebas aja kapanpun kita ke sana tapi tetep daftar dulu sebelumnya hehe. Gak uma org lokal, bule pun tertarik buat belajar membatik ya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular

Subscribe Our Newsletter