Perjuangan Ratna Indah Kurniawati Memerdekakan Penderita Kusta

Ratna Indah Kurniawati
Ratna Indah Kurniawati (sumber gambar : Tempo)

Setiap orang tentu ingin hidup merdeka. Bebas dari rasa takut dan was-was, serta bisa mengekspresikan diri sesuai potensi dan kemampuannya. Namun mungkinkah itu dirasakan oleh Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) ? 

Sepertinya susah. Kuatnya stigma di masyarakat yang menyatakan kusta adalah penyakit kutukan yang mudah menular dan sulit disembuhkan menjadikan para penderita kusta bahkan yang telah dinyatakan sembuh menjadi terbatas geraknya. 

Dijauhi dan dikucilkan itu yang sering terjadi kepada mereka. Dianggap tidak ada bahkan sebelum mereka tiada. Dan ini tentu saja berimbas secara ekonomi, sosial, dan mental bagi mereka.

Hal ini sangat disadari oleh Ratna Indah Kurniawati yang biasa disapa dengan panggilan Indah. Seorang perawat di Puskesmas Grati Pasuruan yang sejak tahun 2008 lalu diangkat sebagai ketua Kelompok Perawatan Diri (KPD) yang khusus menangani dan mengobati pasien kusta. 

Pertemuan rutin fasilitator KPD Grati
Pertemuan rutin fasilitator KPD Grati (Sumber gambar : Blog KPD Grati)

Di wilayah kerjanya di Puskesmas Grati, ada 9 desa yang angka kejadian kustanya tergolong tinggi. Sehingga upaya dan penanganan serius dilakukan untuk menekan prevalensi kusta. Salah satunya dengan pembentukan Kelompok Perawatan Diri (KPD).

Seringnya Indah berinteraksi dengan para penderita kusta menyebabkan dia paham betul beban berat yang dialami mereka. Apalagi Indah pernah melihat sendiri. Orang terdekatnya yaitu sang suami juga memiliki ketakutan berlebih terhadap para pasien kusta. 

Seperti yang pernah diceritakan Indah dalam sebuah wawancara dengan media lokal. Suatu hari ada pasien kusta berkunjung ke rumahnya untuk berkonsultasi. Sesaat setelah tamu tersebut pulang, suami Indah yang mengetahui kalau yang datang adalah pasien kusta, segera membuang gelas bekas minum si pasien. Kursi bekas tempat duduk si pasien juga langsung dicuci dan dijemur. 

Tidak hanya itu, sang suami juga keberatan dengan aktivitas Indah menjadi perawat penyakit kusta dan melarang pasien kusta datang ke rumah mereka. Karena kuatir penyakit tersebut akan menular kepada anak mereka yang saat itu masih balita. 

Indah pun kemudian sadar. Orang yang pertama kali harus dipahamkan tentang penyakit kusta adalah orang terdekatnya. Agar perjuangannya lancar dan mendapat dukungan. Dan setelah dipahamkan, suami Indah pun akhirnya memberi support penuh perjuangan Indah "memerdekakan" para pasien kusta dari rasa takut dan was-was akibat adanya stigma. 

Hingga saat ini sudah lebih dari 400 pasien kusta yang Indah tangani. Dan diantara pasien-pasien tersebut ada sekitar 50 orang yang telah mampu mandiri secara ekonomi. 

Bagaimana liku-liku perjalanan Indah berjuang bersama para OYPMK melawan stigma? Berikut ulasannya. 

Kerja Keras Menghapus Stigma

Kusta masih menjadi masalah di Indonesia. Bahkan Indonesia menjadi negara penyumbang kasus kusta nomer 3 di dunia setelah India dan Brazil. Dan eliminasi kusta di Indonesia menjadi sulit karena adanya stigma dan diskriminasi terhadap penderita dan keluarganya.

Akibat adanya stigma, penderita dan keluarga cenderung menutup diri sehingga sulit terdeteksi dan diobati. Padahal deteksi dini dan pengobatan sangat penting untuk segera dilakukan. Untuk mencegah keparahan dan juga kecacatan. 

Oleh karena itu hal yang terus dilakukan Indah adalah melakukan sosialisasi tentang penyakit kusta kepada masyarakat. Agar pemahaman keliru tentang kusta dapat diluruskan. 

Para anggota KPD Grati dalam acara jalan sehat bersama
Masyarakat dan anggota KPD Grati berbaur dalam kegiatan jalan sehat (sumber gambar : blog KPD Grati)

Seperti anggapan kusta adalah penyakit yang mudah menular dan sulit disembuhkan. Padahal faktanya penularan kusta tidaklah mudah. Karena penularan kusta bukan lewat sentuhan melainkan lewat udara, yaitu melalui pernafasan. 

Sehingga butuh kontak erat minimal 20 jam dalam waktu paling tidak satu minggu untuk tertular. Masa inkubasi dari penyakit kusta juga lama, yakni 2 tahun. Dan itupun bisa dikalahkan dengan daya tahan tubuh yang baik. 

Selain itu, kusta bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin dan teratur. Bahkan pasien yang sudah diobati meskipun pengobatannya belum selesai, tidak lagi dapat menularkan penyakitnya. Karena bakteri di dalam tubuhnya dalam kondisi lemah. 

Kusta bukan pula penyakit kutukan, karena penyebabnya adalah bakteri yang bisa menjangkiti siapa saja. 

Memang memberikan pemahaman tentang kusta kepada masyarakat tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan keteguhan dan strategi jitu. Oleh karena itu Indah juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Seperti aparat desa, pemuka agama, dan stakeholder lainnya. 

Apalagi Indah tinggal di daerah endemi kusta. Sehingga pemahaman yang benar tentang kusta di masyarakat sangat diperlukan. Agar eliminasi kejadian kusta dan kecacatan akibat telatnya pengobatan dapat dihindarkan.

Mengenai stigma terhadap penderita kusta di daerahnya, Indah punya banyak cerita. Salah satunya tentang Pak Somat seorang pasien kusta yang tidak memperoleh perawatan maksimal karena keengganan keluarga dalam merawatnya. 

Padahal Indah sudah menyarankan kepada keluarga untuk membawa Pak Somat ke rumah sakit agar lebih cepat tertangani. 

Kondisi Pak Somat memang cukup parah. Akibat kusta, kaki dan tangannya penuh luka dan membusuk. Dia juga tidak bisa berjalan karena syaraf kakinya lumpuh. 

Karena takut tertular, keluarga mengasingkan Pak Somat. Dibuatkannya Pak Somat gubug di pematang sawah yang jauh dari pemukiman. Pak Somat tinggal di gubug tersebut hingga akhir hidupnya. 

Tidak ingin ada pasien kusta yang mengalami nasib yang sama, Indah pun kemudian banyak melakukan penyuluhan dan juga edukasi tentang penyakit kusta kepada masyarakat di sekitarnya. 

Target penyuluhan tidak hanya kepada masyarakat sekitar tapi juga lingkungan keluarga dan pasien kusta sendiri. Karena kadang beban mental yang dihadapi oleh pasien kusta diperberat oleh kondisi keluarga yang tidak bisa menerima pasien kusta sehingga cenderung menyembunyikan atau bahkan mengucilkannya. 

Akibatnya sering terjadi pasien kusta memberi stigma kepada diri sendiri. Menganggap sebagai pribadi yang tidak berdaya, tidak berguna, dan tidak mempunyai masa depan.

OYPMK Harus Berdaya

Masalah yang sering dihadapi para pasien kusta yang telah sembuh dari penyakitnya yang diistilahkan dengan OYPMK adalah sulitnya mereka berbaur di masyarakat. Apalagi bagi OYPMK yang mengalami kecacatan fisik akibat kusta. 

Kehilangan anggota gerak menyebabkan mereka kesulitan untuk mencari pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya. Tentu saja ini menjadi problem sosial tersendiri.

Meskipun sebenarnya pemerintah melalui peraturan perundang-undangan no 8 tahun 2016 telah memberi porsi sebanyak 1% dari total tenaga kerja sebuah perusahaan untuk para penyandang disabilitas termasuk OYPMK. 

Namun porsi tersebut jarang bisa terisi karena berbagai faktor kendala. Diantaranya kemampuan dan keterampilan dari para OYPMK sendiri yang belum memenuhi persyaratan kerja yang dibutuhkan.

Tentu saja ini membutuhkan solusi.  Para OYPMK harus berdaya dan mandiri. Agar hidup mereka lebih layak dan berarti.

Inilah kemudian yang menggerakkan Indah melalui Kelompok Perawatan Diri yang dipimpinnya. Tidak semata mengobati dan menyembuhkan penyakit fisiknya, Indah juga membantu mereka agar bangkit dan percaya diri. 

Dengan tidak mengenal lelah Indah terus berupaya melakukan pendekatan. Satu-persatu pasien kusta dan OYPMK didatangi dan didata. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui status terkini dari penyakitnya dan juga problem sosial yang mereka dihadapi. 

Selanjutnya secara rutin Indah mengadakan pertemuan untuk mereka. Dalam pertemuan tersebut Indah bersama tim berbagi pengetahuan tentang perawatan diri, memberikan motivasi, dan juga keterampilan agar mereka mampu mandiri.

Berbagai pelatihan diberikan kepada para OYPMK. Mulai dari menjahit, menyulam, dan juga beternak jangkrik, kambing, maupun ayam.

Bantuan kambing untuk KPD
Bantuan kambing untuk KPD Grati (sumber : blog KPD Grati)

Kesungguhan Indah dalam "membebaskan" para OYPMK mulai menampakkan hasilnya. Banyak dari OYPMK yang berhasil meningkatkan taraf hidupnya dan berhasil mandiri secara ekonomi. 

Sebut saja Amat (40 tahun). Akibat kusta, dia kehilangan jari tangannya. Sehingga dia terpaksa menggantungkan hidup kepada orang tua. Namun pelatihan budidaya jangkrik yang diikuti Amat membuatnya mampu memiliki pendapatan sendiri dari beternak jangkrik. 

Kisah bahagia juga datang dari OYPMK bernama Alfian. Berkat motivasi dan kegiatan positif yang diadakan Indah dan tim, kini dia berhasil memiliki sejumlah pom bensin mini. 

Masih banyak cerita keberhasilan para OYPMK memperbaiki kondisi ekonominya. Semua tidak lepas perjuangan Indah memberdayakan para penderita kusta.

Pelatihan menyulam untuk OYPMK (sumber gambar : blog KPD Grati)

Sudah selayaknya apa yang Indah lakukan menginspirasi kita semua. Melakukan sesuatu untuk membantu sesama yang terpinggirkan seperti para penderita kusta dan OYPMK.

Aktivitas Indah ini juga sejalan dengan semangat Astra, yang memiliki prinsip harus memberi manfaat kepada masyarakat sekitar di manapun instalasi Astra berada. Sehingga tidak heran jika Ratna Indah Kurniawati menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Award 2011 untuk bidang kesehatan. 

Bantuan ASTRA untuk KPD Grati
Bantuan dari ASTRA untuk KPD Grati

SATU Indonesia Award merupakan apresiasi bagi anak bangsa yang telah memberi kontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut. 

Semoga semakin banyak anak muda yang mengikuti jejak Indah menjadi pelopor perubahan untuk melakukan kebaikan bagi masyarakat di sekitarnya. 


Referensi :
Ebook 14 th Satu Indonesia Award 2023
https://www.wartabromo.com/2020/01/29/ratna-indah-kurniawati-berjuang-melawan-stigma-kusta/
https://www.nasional.tempo.co/amp/1116352/ratna-mematahkan-anggapan-kutukan-pada-para-penderita-kusta
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/melawan-dusta-kusta/
http://kpdpkmgrati.blogspot.com/
Sapti nurul hidayati
Saya seorang ibu rumah tangga dari Yogya. Blog ini saya buat untuk tempat berbagi cerita dan pengalaman tentang apa saja. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya. Untuk kerjasama, silakan kontak ke saptinurul (at) gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Popular

Subscribe Our Newsletter