![]() |
Situs bersejarah Indonesia (sumber : pixabay) |
Indonesia memiliki ribuan situs bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang bangsa. Namun sayangnya, tidak semua situs tersebut mendapat perhatian yang layak.
Di balik kemegahan Borobudur dan Prambanan yang dikenal dunia, masih banyak peninggalan sejarah lain yang nyaris terlupakan.
Padahal, situs-situs ini menyimpan identitas budaya yang tak ternilai dan berpotensi besar untuk dikembangkan melalui konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
1. Situs Liyangan : Kota Kuno yang Hilang di Balik Abu Vulkanik
Di kaki Gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah, berdiri Situs Liyangan, peninggalan kota kuno yang terkubur oleh letusan gunung berapi.
![]() |
Situs Liyangan (sumber : Instagram Dinbudpar Temanggung) |
Ditemukan oleh penambang pasir pada 2008, situs ini menyimpan berbagai temuan arkeologis seperti arca, peralatan rumah tangga, dan candi yang menunjukkan kehidupan masyarakat Mataram Kuno pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi.
Sayangnya, Liyangan masih belum banyak dikenal wisatawan. Padahal, jika dikelola dengan prinsip sustainable tourism, situs ini bisa menjadi destinasi edukatif yang tetap menjaga kelestarian alam sekitar.
Penerapan sistem kunjungan terbatas, pemandu lokal yang terlatih, serta penyediaan fasilitas ramah lingkungan dapat menjadikan Liyangan contoh nyata sinergi antara pelestarian budaya dan pariwisata berkelanjutan.
2. Situs Gunung Padang : Misteri Peradaban Tertua di Nusantara
Beranjak ke Cianjur, Jawa Barat, Situs Gunung Padang menjadi salah satu situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara.
Tersusun dari batu-batu andesit berundak, situs ini menyimpan misteri tentang peradaban kuno yang mungkin jauh lebih tua dari piramida Mesir. Penelitian masih terus dilakukan, namun daya tariknya sudah menarik perhatian para arkeolog dunia.
Sayangnya, popularitas Gunung Padang sering kali tidak diimbangi dengan pengelolaan yang hati-hati. Aktivitas pengunjung tanpa regulasi ketat dapat merusak struktur batu dan ekosistem sekitar.
Diperlukan strategi wisata berwawasan lingkungan agar keberadaan situs ini tidak hanya menarik secara historis, tetapi juga mendukung pelestarian jangka panjang.
3. Benteng Rotterdam: Jejak Kolonial yang Masih Berdiri Kokoh
Di sisi timur Indonesia, tepatnya di Makassar, Benteng Rotterdam menjadi simbol pertemuan dua peradaban besar, lokal dan Eropa. Dibangun pada abad ke-17 oleh Kerajaan Gowa dan diambil alih VOC, benteng ini kini menjadi salah satu cagar budaya penting di Sulawesi Selatan.
![]() |
Benteng Rotterdam (sumber : Wikipedia) |
Namun, perhatian terhadap aspek edukatif dan konservasi bangunannya masih minim. Beberapa komunitas lokal kini mulai bergerak memperkenalkan sejarah Benteng Rotterdam lewat tur budaya dan kegiatan edukatif.
Mereka mengajak generasi muda untuk belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan, seperti pameran tematik dan acara berbagi suvenir edukatif berisi buku mini sejarah dan brosur heritage.
Cara sederhana ini membantu menumbuhkan kebanggaan terhadap warisan bangsa sekaligus menjadi bentuk promosi budaya yang kreatif.
4. Tantangan Pelestarian Situs Sejarah
Melestarikan situs bersejarah bukan hal mudah. Banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari kerusakan akibat faktor alam, vandalisme, hingga rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya cagar budaya.
Modernisasi juga berperan dalam mengancam eksistensi situs-situs bersejarah. Beberapa lahan bersejarah dialihfungsikan menjadi area komersial tanpa kajian dampak budaya yang matang.
Selain itu, keterbatasan anggaran dan tenaga ahli konservasi membuat banyak situs belum mendapat perawatan optimal. Padahal, tanpa langkah nyata, situs-situs berharga ini bisa hilang dari peta sejarah bangsa.
5. Upaya Melestarikan Warisan untuk Generasi Mendatang
Meski penuh tantangan, upaya pelestarian terus dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) gencar melakukan inventarisasi dan perawatan rutin.
Sementara itu, komunitas lokal dan pelajar mulai menggelar kegiatan heritage walk untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap warisan sejarah.
Di era digital, promosi situs bersejarah juga bisa dilakukan melalui media sosial dan tur virtual. Kampanye kreatif bertema sustainable tourism mendorong wisatawan untuk tidak hanya datang, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian situs.
Pendekatan ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memastikan nilai sejarah tetap terjaga untuk generasi berikutnya.
6. Menghidupkan Kembali Kesadaran Sejarah
Situs bersejarah adalah cermin perjalanan bangsa. Ketika situs-situs ini dilupakan, maka sebagian jati diri kita ikut menghilang.
Karena itu, menjaga dan mempromosikan warisan budaya bukan semata tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab kolektif.
Kita dapat berkontribusi dengan cara sederhana: berkunjung secara bertanggung jawab, tidak merusak struktur, mendukung kegiatan komunitas pelestarian, atau bahkan mempromosikan nilai sejarah melalui acara sekolah dan produk kreatif bertema heritage baik kaos, souvenir, pouch hingga custom goodie bag bertema heritage.
Melalui langkah-langkah kecil ini, kita ikut memastikan bahwa warisan leluhur tidak terkubur oleh waktu, tetapi tetap hidup sebagai inspirasi bagi masa depan bangsa
Posting Komentar
Posting Komentar