Nggak Perlu Pilih-Pilih, Yuk Segera Vaksin Covid 19

yuk, segera vaksin covid 19
ayo vaksin (design by Canva)

"Semua vaksin sama baiknya, kalau menunda-nunda vaksin untuk menunggu vaksin lain itu justru bahaya. Karena dapat terkena covid dan bisa menularkan ke anggota keluarga lainnya. Sehingga dapat membentuk cluster keluarga." (dr. Julitasari Sundoro MSc, MPH - Pakar Vaksin)

Nah, siapa yang belum vaksin dan masih menunda-nunda karena ingin memperoleh vaksin tertentu? Menurut dr. Julitasari Sundoro MSc, MPH, seorang pakar vaksin hal itu justru bahaya lho. Karena jika kita belum vaksin risiko tertular Covid-19 lebih besar. Dan berpotensi menularkan kepada anggota keluarga lainnya.  

Untuk saat ini, sebaik-baiknya vaksin adalah yang ada dan tersedia. Sebab dapat melindungi kita dan keluarga dari risiko tertular covid 19. Jika pun tertular, tingkat keparahan bisa ditekan.  

Itulah salah satu catatan yang saya dapatkan ketika mengikuti Diskusi Ruang Publik KBR bersama PMI (Palang Merah Indonesia) yang didukung IFRC. Tema yang dibahas dalam diskusi adalah "Efektivitas Jenis Vaksin Covid-19 yang Digunakan di Indonesia."

diskusi tentang vaksin covid 19 bersama KBR dan PMI
event KBR dan PMI
Dengan menghadirkan nara sumber dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan RI dan dr. Julitasari Sundoro MSc, MPH - Pakar Vaksin, serta dipandu oleh Rizal Wijaya.

Acara diskusi yang berlangsung pada Hari Rabu, 15 September 2021, pukul 09.00 - 10.00 WIB ini disiarkan oleh 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia. Yang ada di Aceh hingga Papua, dan 104.2 MSTri FM Jakarta. Diskusi ini juga bisa diikuti melalui live streaming via website kbr.id dan youtube Berita KBR.

Banyak informasi menarik yang saya dapatkan setelah mengikuti acara ini. Dan semua sudah saya rangkum dalam artikel saya berikut ini... 

Vaksin Di Indonesia Semua Baik

Seperti kita ketahui, vaksin yang digunakan di Indonesia ada beberapa macam. Tercatat hingga Agustus 2021, ada 5 jenis vaksin yang tersedia. Yakni Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Pfizer, dan Sinopharm. 

Semuanya telah mengantongi izin penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kemudian pada 7 September 2021 lalu, BPOM kembali menerbitkan izin penggunaan darurat bagi 2 produk vaksin Covid-19 yang baru. Yakni vaksin Janssen dan vaksin Convidecia. 

nara sumber dan host diskusi KBR dan PMI tentang vaksin covid 19
Host dan nara sumber diskusi (sumber : tangkapan layar Youtube berita KBR)
Sehingga jika ditotal ada 9 jenis vaksin yang telah mendapatkan izin untuk digunakan di Indonesia. Penambahan jenis vaksin Covid-19 ini dimaksudkan untuk membantu upaya Pemerintah mengejar peningkatan cakupan vaksinasi agar segera mencapai kekebalan komunal (herd immunity).

Namun, jenis vaksin yang beragam menimbulkan berbagai pertanyaan di masyarakat. Terutama berkaitan dengan vaksin mana yang aman dan baik untuk digunakan. Padahal semua vaksin yang beredar sudah melalui pengkajian dan uji klinis yang dilakukan secara intensif, mencakup keamanan, khasiat, dan juga mutunya.

Saya pribadi sejak awal dicanangkan program vaksinasi, juga sempat menimbang-nimbang. Vaksin mana yang sebaiknya saya dan keluarga gunakan.  

Akhirnya saya memutuskan untuk memilih menggunakan Sinovac atau Sinopharm saja. Yang berdasar informasi yang saya dapatkan, efek KIPI-nya (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) tidak keras, dan bisa digunakan untuk usia 12 tahun ke atas. 

vaksinasi dengan sinovac
Vaksinasi dengan Sinovac (doc. pri)
Sehingga saya, suami, dan anak,  bisa ikut vaksin bersamaan. Dan Alhamdulillah tanggal 4 September 2021 kemarin saya sudah vaksin dosis pertama yang diselenggarakan secara serentak di salah satu gedung Expo Center di Jogja. Untuk dosis kedua dijadwalkan nanti tanggal 2 Oktober 2021.

Sebagai daerah yang sempat masuk zona merah, kegiatan vaksinasi di Jogja memang gencar dilakukan. Apalagi saat ini vaksin menjadi syarat masuk ke ruang publik seperti mall atau perkantoran. Sehingga animo masyarakat untuk mengikuti vaksin sangatlah besar. 

Dalam pembukaan mengawali diskusi,  dr. Julitasari Sundoro MSc, MPH mengungkapkan, "Semua vaksin yang beredar sama baiknya karena semua memenuhi kaidah pemakaian vaksin." 

dr. Juliarti Sundoro, nara sumber diskusi vaksin KBR PMI
dr. Julitasari Sundoro, MSc. MPI, pakar vaksin (sumber : tangkapan layar Youtube KBR)
Yang berbeda dari vaksin-vaksin tersebut adalah platform atau jenis cara pembuatan vaksin. Ada yang terbuat dari virus yang dimatikan seperti Sinovac dan Sinopharm. 

Ada yang berasal dari bagian virus yang diambil kemudian dititipkan ke virus yang bersahabat dengan manusia seperti Aztrazeneca,  dan ada juga yang berasal dari materi genetik (mRNA)  seperti Moderna dan Pfizer. 

Masyarakat tidak usah bingung mau memilih vaksin yang mana. Karena semua telah teruji bisa melindungi kita dari Covid 19 melalui sel antibodi yang di bentuk. 

Lebih lajut dr. Juli menambahkan, selama ini telah terjadi salah kaprah di masyarakat.  Di mana masayarakat mencampuradukkan antara efikasi dan imunogenisitas vaksin. 

Imunogenisitas adalah kemampuan terbentuknya antibodi pada tubuh setelah dilakukan penyuntikan vaksin dosis pertama dan kedua. 

Sedangkan efikasi adalah pemantauan yang dilakukan selama 2 bulan berapa jumlah orang yang sudah divaksin dan berapa yang belum divaksin yang menderita atau tertular covid 19. Pada masing-masing orang, yang terpenting adalah imunogenisitas dari vaksin, bukan efikasi. 

Imunogenisitas dari vaksin inilah yang akan membantu pembentukan antibodi sehingga kita terlindungi dari bahaya Covid 19. "Karena bardasar pengujian, efek vaksin bagus untuk tubuh. Kalaupun terpapar, tidak akan berakibat parah", demikian tegas dr. Juli. Sehingga menyegerakan vaksin adalah hal baik yang harus dilakukan. 

Distribusi Vaksin di Indonesia

Sedangkan pembicara kedua, yakni dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, selaku Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan RI menjelaskan,  "Sampai saat ini secara keseluruhan,  ada 118 juta dosis yang sudah didistribusikan,  dengan rincian : dosis 1 berjumlah 74 juta dosis,  dosis 2 berjumlah 42.9 juta dosis,  dan dosis 3 yang merupakan dosis booster ada 820 ribu dosis."

dr. Nadia juru bicara vaksinasi covid kemenkes RI dalam diskusi bersama KBR dn PMI
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (sumber : tanhkapan layar Youtube KBR)
Di mana vaksin-vaksin tersebut, tidak datang  ke Indonesia secara bersamaan. Sejak Desember 2020 hingga sekarang,  telah terjadi 62 kali kedatangan. 

Total vaksin yang diterima oleh pemerintah Indonesia adalah 211 juta dosis, dari kebutuhan total sekitar 426 juta dosis. 

Itulah sebabnya perlu dilakukan pengaturan dalam pendistribusian. Di mana vaksin yang datang diprioritaskan untuk daerah-daerah padat penduduk dengan angka kejadian covid yang tinggi. Seperti wilayah-wilayah yang ada di Jawa dan Bali. 

Hal ini dimaksudkan untuk menekan angka penularan Covid-19 yang sempat meninggi di Jawa dan Bali. Meskipun untungnya saat ini sudah jauh lebih terkendali. Dengan adanya kebijakan PPKM dan vaksinasi massal.  

Luasnya wilayah di Indonesia memang menjadi salah satu kendala distribusi.  Belum lagi kesadaran masyarakat terutama di pelosok pedesaan tentang pentingnya vaksin masih perlu diedukasi.  

Untungnya,  Indonesia banyak memperoleh support dari negara-negara tetangga. Misalnya saja dari Belanda yang memberikan donasi 3 juta dosis vaksin Johnson & Johnson. 

Vaksin ini hanya butuh 1x dosis penyuntikan saja. Saat ini ada sekitar 500 ribu dosis vaksin Johnson & Johnson yang datang,  dan akan diprioritaskan untuk daerah-daerah terpencil (remote area).  

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan covid-19. Selain menggelar pelaksaanan vaksin dengan masif,  pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap masyarakat melalui aplikasi peduli lindungi. 

Melalui aplikasi tersebut warga masyarakat yang belum vaksin atau hasil test menunjukkan positif covid akan dapat terdeteksi.  

Itulah sebabnya, salah satu syarat untuk dapat masuk ke ruang publik adalah dengan men-scan barcode yang ada di aplikasi peduli lindungi. 

Di mana minimal dalam 1 keluarga harus ada 1 aplikasi peduli lindungi. Karena aplikasi ini bisa digunakan untuk 4 orang.

Lantas bagaimana dengan orang dengan kondisi kesehatan tertentu (memiliki komorbid) sehingga tidak dapat memperoleh vaksin? Orang dengan kondisi tersebut dapat meminta surat keterangan dari dokter yang merawat.  

Selanjutnya surat keterangan tersebut bisa dibawa ke puskesmas terdekat,  agar dapat dilakuan update data di aplikasi peduli lindungi. Bahwa orang tersebut karena kondisi kesehatannya maka vaksin ditunda. 

Penutup

Sebagai closing statement, dr. Nadia juga menekankan meskipun saat ini laju penularan covid sudah jauh berkurang dibandingkan bulan-bulan lalu, yang ditunjukkan dari menurunnya angka penularan covid dan tingkat keterisian rumah sakit, tetapi kita tidak boleh abai. 

Harus tetap jalankan prokes, batasi mobilitas, dan segera vaksin. Apalagi saat ini terdapat virus Covid varian delta yang mempunyai tingkat penularan 3x lebih tinggi,  dan lebih berbahaya. Kesadaran untuk taat prokes dan vaksin sangat penting. Agar kasus Covid 19 tidak naik lagi.  

Sedangkan dr. Juli mengajak semua yang hadir dalam diskusi kali ini untuk turut mengajak dan mengedukasi mengenai pentingnya menyegerakan vaksin kepada orang-orang di sekitar agar segera terbentuk herd immunity

Sekali lagi dr. Juni menegaskan, vaksinasi adalah salah satu cara untuk melindungi diri dan orang-orang tercinta dari risiko tertular covid 19 yang dapat berakibat fatal.  

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya juga mengajak teman-teman pembaca yang kebetulan belum vaksin, yuk segerakan vaksin. 

Karena vaksin adalah salah satu cara kita berkontribusi untuk membuat pandemi ini segera berakhir. Semoga tulisan ini bermanfaat ya,  salam... 

Sapti nurul hidayati
Saya seorang ibu rumah tangga dari Yogya. Blog ini saya buat untuk tempat berbagi cerita dan pengalaman tentang apa saja. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya. Untuk kerjasama, silakan kontak ke saptinurul (at) gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Popular

Subscribe Our Newsletter