Yang Harus Diperhatikan Pasien Isoman Covid 19

yang harus diperhatikan pasien isoman covid 19
yang harus diperhatikan pasien isoman (desain by canva)

Pasca lebaran 2021, Indonesia menghadapi badai Covid yang kedua. Angka kejadian pasien Covid 19 meningkat pesat. Tercatat rata-rata ada sekitar 34-36 ribu kasus per harinya. Akibatnya rumah sakit dan fasilitas kesehatan tidak mampu menampung pasien Covid yang terus bertambah jumlahnya. 

Hal ini tentu saja berdampak bagi penanganan pasien Covid. Sehingga banyak yang harus melakukan isolasi mandiri. Idealnya isolasi mandiri hanya diperuntukan bagi pasien Covid yang tidak bergejala atau memiliki gejala yang ringan-ringan saja.

Namun dalam situasi darurat seperti ini, di mana kapasitas rumah sakit sudah tidak mampu menampung pasien lagi, isolasi mandiri tidak hanya diperuntukkan bagi yang bergejala ringan saja. Pasien dengan gejala sedang dan berat yang seharusnya memperoleh perawatan di rumah sakit, namun karena keadaan terpaksa dirawat di rumah juga.

Akibatnya banyak pasien Covid 19 yang menjalani isoman tidak tertolong nyawanya. Selain disebabkan kondisi fasilitas kesehatan yang tidak memadai, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya Covid 19 juga ikut memperparah keadaan ini.

Berdasar data dari Tim Koalisi Lapor Covid 19, tercatat lebih dari 2000 orang dari 16 propinsi dan 78 kota selama periode 1 Juni hingga 21 Juli 2021 meninggal dunia saat tengah melakukan isoman di rumah. Tentu hal ini merupakan sebuah pelajaran yang mahal sekali, yang kita tidak ingin terulang lagi.

Oleh karena itu Ruang Publik KBR bersama Palang Merah Indonesia dengan didukung oleh IFRC pada hari Senin, 9 Agustus 2021 pukul 09.00 – 10.00 WIB lalu menyelenggarakan diskusi publik yang  membahas tema “Pasien Isoman Covid 19 dan Tantangannya”.

diskusi ruang publik KBR pasien isoman covid 19 dan tantangannya
Diskusi ruang publik KBR besama PMI (sumber : KBR)

Diskusi ini disiarkan secara langsung di 100 radio jaringan KBR yang ada di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Bisa disimak juga melalui 104,2 MSTri FM Jakarta, atau melalui live streaming via website KBR dan youtube Berita KBR.

Ada dua orang nara sumber yang dihadirkan dalam diskusi yang dipandu oleh Ines Nirmala kali ini, yakni dr. Jossep F William (Kasubdit Koordinator Satgas Covid 19) dan dr. Alisa Nurul Muthia dari RS PMI Bogor.

Kondisi Terkini Kasus Covid 19 di Indonesia

Mengawali diskusi, dr. Jossep F William menyampaikan sejumlah data terkait kondisi kasus Covid 19 di Indonesia. Meskipun sempat menunjukkan angka peningkatan kasus yang cukup besar, saat ini kondisi di lapangan relatif lebih terkendali. Terutama di rumah sakit yang ada di Bandung dan Jakarta.

Kasus yang terjadi di Pulau Jawa dan Bali juga relatif turun. Sehingga antrian dan kepadatan di rumah sakit yang sempat terjadi beberapa waktu yang lalu, lambat laun mulai terurai. Hal ini juga ditunjukkan dari ketersediaan kamar di beberapa rumah sakit rujukan Covid yang dulunya kosong, sekarang mulai ada lagi.

nara sumber dan host ruang publik KBR bersama PMI
host dan narasumber diskusi bersama KBR dan PMI (doc. pri)

Walaupun demikian, kita tetap harus waspada. Karena lonjakan Covid di luar Pulau Jawa dan Bali cenderung meningkat. Sehingga untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan di rumah sakit, isolasi mandiri (isoman) menjadi alternatif penanganan yang tetap digunakan.

Kalau sebelumnya banyak kasus pasien isoman yang meninggal karena kurangnya monitoring atau pengawasan, saat ini hal ini mulai dibenahi. Yang antara lain dilakukan melalui penguatan relawan Covid 19 dari pusat hingga daerah.

Berbagai pelatihan kepada relawan dilakukan untuk memberi bekal pemahaman yang cukup tentang Covid 19. Sehingga nantinya di masyarakat relawan ini dapat lebih berperan dalam melakukan monitoring kepada pasien Covid 19 yang sedang isolasi mandiri di rumah.

Selain itu, pemerintah dalam hal ini Kemenkes juga telah mengembangkan layanan Telemedicine yang disediakan bagi pasien isoman Covid 19. Layanan ini berlaku secara nasional mencakup seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Lebih jauh dr. Jossep menjelaskan bagaimana cara menggunakan layanan telemedicine ini,

dr. Jossep nara sumber diskusi ruang publik KBR pasien isoman covid dan tantangannya
dr. Jossep, Kasubdit Koordinator Satgas Covid 19 Nasional (doc. pri)

“Pertama, pada saat melakukan test PCR, pasien harus melakukannya di laboratorium yang terafiliasi dengan Kemenkes", jelas dr. Jossep.

Karena jika ternyata hasil test dari pasien positif, maka data tersebut akan di-share kepada kemenkes. Selanjutnya kemenkes akan mengirim link yang berisi 11 platform kesehatan yang bekerja sama dengan kemenkes.

Pasien yang terindikasi mengalami Covid 19 nantinya dapat memilih mau berkonsultasi ke mana. Selanjutnya dokter yang memeriksa akan memberikan resep, di mana salinan resep ini dapat ditebus di apotek Kimia Farma terdekat secara free. Jika lokasi pasien jauh dari apotek Kimia Farma, maka obat akan dikirim oleh kemenkes melalui dinas kesehatan setempat.

Saat ini sudah ada 742 laboratorium di Indonesia yang terafiliasi dengan Kemenkes. Secara rinci daftar laboratorium tersebut dapat dilihat di web kemenkes RI atau ditanyakan kepada dinas kesehatan di wilayah masing-masing.

Selain layanan telemedicine, kemenkes juga menyediakan Layanan Bantuan Informasi (LBI). Layanan ini tidak berbasis aplikasi, melainkan berbasis WA. Melalui layanan ini, masyarakat dapat menanyakan seputar informasi yang berkaitan dengan isolasi mandiri.

Bagi yang membutuhkan konseling psikologi terkait Covid 19, juga dapat melalui layanan LBI ini. Nantinya pihak LBI akan menjadwalkan layanan konseling yang dilakukan via zoom. 

Sayangnya layanan LBI yang bisa diakses di nomor 082123903617 ini untuk sementara baru bisa melayani untuk wilayah Bandung dan Jakarta saja. 

Namun ke depannya layanan ini akan terus dikembangkan sehingga dapat menjangkau banyak wilayah. 

Hal-Hal Yang Harus dipahami tentang Isolasi Mandiri

Untuk menghindari jatuhnya  korban jiwa dari pasien Covid 19 yang melakukan isoman, ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh pasien dan keluarga. Dalam kaitannya dengan hal ini, dr. Alisa menegaskan, 

“Keputusan isoman bagi penderita covid 19, ada pada dokter yang merawat. Terutama setelah dokter mempertimbangkan kondisi klinis pasien. Selain itu dokter juga mempertimbangkan kemampuan pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan di rumah, termasuk kondisi sosial masyarakat di sekitar rumah tinggal pasien

Jika dirasa tidak ada kegawatan (seperti sesak nafas) dan pasien maupun keluarga mampu untuk melakukan perawatan secara mandiri, maka pasien dapat melakukan isolasi mandiri. 

Yang terpenting yang harus dilakukan jika positif Covid 19 adalah melaporkan diri kepada pengurus RT, RW, dan faskes tingkat 1 agar dapat dipantau dan dibantu.

Pengetahuan tentang teknik proning, yaitu teknik untuk membantu pengembangan kapasitas paru untuk meningkatkan kadar oksigen sangat bagus untuk diajarkan. Karena bisa menjadi pertolongan pertama saat sesak nafas terjadi. Teknik ini banyak digunakan di rumah sakit dan terbukti efektif.

dr. Alisa Nurul Muthia nara sumber diskusi ruang publik KBR dari RS PMI Bogor
dr. Alisa dari RS PMI Bogor (doc.pri)

Beberapa peralatan yang penting untuk dimiliki saat ini untuk memantau suhu dan saturasi oksigen adalah termometer dan oxymeter. Keduanya bisa menjadi indikasi langkah selanjutnya yang perlu diambil terkait dengan kondisi pasien isoman Covid 19. 

Jika pada saat pemantauan kondisi pasien demam tinggi dengan saturasi oksigen di bawah 95% pasien harus secepatnya dibawa ke rumah sakit untuk diberi perawatan lanjutan.

Apabila alat-alat tersebut tidak dimiliki, maka pendamping pasien dapat melihat tanda atau gejala yang terlihat. Seperti keluar keringat dingin, sesak nafas, dan adanya keluhan dada berdebar. Jika ada keluhan semacam ini, maka pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Terkait dengan penanganan pasien Covid 19 yang melakukan isolasi mandiri, dr. Jossep juga menjelaskan  hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk pesien. Diantaranya :

  1. Harus punya ruang tersendiri yang terpisah dengan anggota keluarga yang lainnya.
  2. Alat mandi, alat makan, juga harus terpisah. Pakaian dari pasien harus segera mungkin direndam dalam larutan sabun agar virus mati.
  3. Sampah bekas penderita juga perlu perlakuan khusus karena merupakan sampah infeksius. Jika kesulitan untuk membuang sampah infeksius ini maka hal yang harus dilakukan adalah rendam sampah dalam larutan sabun. Perendaman sampah dalam larutan sabun akan membuat sampah dapat diperlakukan sebagai sampah biasa.
  4. Kedisiplinan anggota keluarga lainnya untuk tetap jaga jarak, memakai masker, dan cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer jika terpaksa berkontak dengan pasien.
  5. Dukungan keluarga dan masyarakat sekitar lainnya terutama dalam penyediaan logistik selama pasien dan keluarga melakukan isolasi mandiri.

Dengan hal-hal di atas diharapkan pasien Covid 19 yang melakukan isolasi mandiri kondisinya terus membaik dan sehat seperti semula.

Mengakhiri diskusi, dr. Alisa berpesan, “Bagi pasien  yang bergejala, jangan menunda untuk periksa dan lakukan karantina mandiri untuk memutus mata rantai penularan juga. Lebih dari itu jangan panic buying, jangan mudah termakan hoaks, dan sebar informasi yang belum tentu kebenarannya. Karena hal tersebut justru membuat parah keadaan”

Sementara dr. Jossep menegaskan, “Covid bukan masalah pemerintah. Ini masalah kita bersama. Pemerintah berupaya melakukan apa yang menjadi tugasnya, masyarakat dapat membantu menekan penularan covid 19 dengan patuh dan taat prokes.”

Dengan kerjasama dari pemerintah dan juga masyarakat semoga kasus Covid 19 di Indonesia segera turun dan melandai. Dan kehidupan bisa berjalan normal seperti sedia kala.


Sapti nurul hidayati
Saya seorang ibu rumah tangga dari Yogya. Blog ini saya buat untuk tempat berbagi cerita dan pengalaman tentang apa saja. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan saya. Untuk kerjasama, silakan kontak ke saptinurul (at) gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Popular

Subscribe Our Newsletter